Ngawi, suaramedianasional.co.id – Ratusan penderita demam berdarah dengue alias DBD memaksa Dinas Kesehatan Ngawi lebih waspada pada penyakit yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti ini. Selama tiga bulan, sebanyak 588 penderita DBD dengan korban meninggal 5 orang sehingga petugas pun mengaktifkan pengasapan ((fogging).
Sampai Senin (28/1) beberapa desa mendapat pengasapan diantaranya Desa/Kecamatan Pitu. Di desa ini sudah ada sekitar 25 anak yang terserang DBD penderita terbanyak warga Dusun Watugudel. “Sebagian memang dirawat di Puskesmas Pitu, sebagian lain dirujuk ke rumah sakit,” ujar Anjrah Sulistyo Rupi, petugas Puskesmas Pitu.
Salah satu ibu seorang anak yang menderita DBD, Puji Rahayu, mengaku gejala sakit yang dialami anaknya tidaklah selalu sama dengan sosialisasi dan teori yang ada di buku dan referensi lain yang dia baca selama ini. “Memang ada panas, turun dan panas lagi, tapi munculnya bintik-bintik itu belum, saat diperiksa dikatakan suspect DBD,” ungkapnya.
Beberapa desa lain yang terserang DBD misalnya Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar, Desa Ketanggi, Jururejo dan Margomulyo di Kecamatan Ngawi, Desa Purwosari dan Desa Jenangan di Kecamatan Kwadungan. Petugas Dinas Kesehatan pun aktif memberikan pengarahan pentingnya melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pada beberapa wilayah mengadakan fogging.
Bupati Ngawi, Budi Sulistyono alias Kanang, ikut angkat bicara menyoal DBD yang sudah menelan korban jiwa di wilayahnya itu. Dia meminta agar pola hidup bersh sehat dengan mengedepankan pembarantasan sarang nyamuk plus, dilaksanakan oleh setiap rumah tangga. “Kita akan aktifkan penyuluhan kesehatan dan melalui fogging itu hanya efektif membunuh nyamuk dewasa, PSN tentu harus dilakukan karena itu itu lebih dapat mencegah penyebaran DBD,” ungkapnya.
Bupati dua periode ini menyatakan, belum ada pernyataan KLB kendati ada 5 orang sudah meninggal dunia namun dia setuju bila pencegahan penyebaran DBD menjadi salah satu yang harus menjadi fokus perhatian semua pihak. “Pemerintah tentu tak dapat sendirian, butuh peran serta aktif masyarakat,” ungkapnya. (ari)