
JOMBANG, SMNNews.co.id – Cabang Olahraga (Cabor) Paralayang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VIII 2023 Jawa Timur, sudah digelar sejak, Minggu (10/9/2023) dengan lokasi Take off utama atlet paralayang di Bukit Watu Bayang, Desa Klangon, Kecamatan Saradan.
Sebanyak 78 atlet dari 18 Kota/Kabupaten se-Jawa Timur akan bersaing di tiga kategori yang dilombakan. Kategori individual putra dan putri, beregu putra, putri dan campuran. Kemudian kategori cross country.
Thomas Sabarudin, Delegasi Teknis Cabor Paralayang Porprov VIII 2023 Jatim menyampaikan, terdapat tiga kategori yang dilombakan, masing-masing akan digelar dua hari, diawali dari kategori individual putra dan putri, masing-masing diikuti 39 atlet.
Karena baru hari pertama pertandingan, belum didapat pemenang.
“Mengingat kondisi cuaca yang sudah kami alami di tes event, sehingga kami tidak bisa perhari itu akan muncul UPP,” ungkap Thomas Sabarudin, pada Minggu (10/9/2023).
Kendala cuaca benar-benar dirasakan, seperti yang terjadi hari ini, angin yang kurang bersahabat, mengharuskan pertandingan sesi siang hari harus molor hampir satu jam dari jadwal.
“Tapi kalau untuk besok mau gak mau harus kami stop, apapun hasilnya. Karena pada teknik pertandingan, minimum satu round maksimum enam round,” jelas pria asal Malang itu.
“Kalau sampai besok (hari ini. red) hanya dicapai satu round ya kami akan UPP besok sore. Batas waktunya pukul 17.00 Wib. Jam segitu harus kami selesaikan, apapun hasilnya,” tambah Thomas Sabarudin.
Ekstrem lagi, ketika cuaca tidak bersahabat, sekelas kejuaraan dunia bahkan tidak didapatkan pemenang.
“Kejuaran di dunia pernah no result karena cuaca yang tidak memungkinkan. Kejuaraan ini kami tidak mengejar poin atau lainnya, tapi safety yang diutamakan,” tegasnya.
Meski belum mendapat pemenang, Thomas menjelaskan ada tiga daerah yang hingga saat ini cukup menonjol.
“Kota Malang, Blitar dan Kota Batu yang keliatan untuk hasil sementara. Bisa dilihat sebelumnya di TC pun keliatan, dominasi pada atlet-atlet itu,” jelasnya.
Mengenai kekuatan kontingen di setiap edisi, Thomas Sabarudin menjelaskan tidak selalu bisa diprediksi, utamanya jika round yang dilombakan tidak mencapai jumlah maksimal. (pj/tim)
Temukan Berita Menarik Lainya Disini GOOGLE News !!