NGAWI, SMNNews.co.id – Sebuah bata ditendang dan hancur, bukanlah semata sebuah pertunjukan kekuatan. Nun di Mantingan, sebuah desa ujung barat Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Hal itu menyiratkan makna dalam.
Dikenal sebagai istilah jejeg boto atau menendang batu bata, hal itu menandakan kehendak seorang pemimpin untuk menghilangkan sekat antara dirinya dengan rakyat.
Tanda bahwa harus mampu membaur dan menyelami kehidupan masyarakatnya sehingga mampu memberikan kebijakan yang pro rakyat.
Baca Juga : BLT Dana Subsidi BBM Mulai Disalurkan, Puluhan Ribu Warga Ngawi Jadi Penerimanya
Filosofi itu juga yang diusung dalam gelaran Grebeg Budaya Mantingan, Jum’at-Minggu (9-11/9/2022). Grebeg di Mantingan ini juga dihadiri Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono dan diikuti 7 desa yang ada di wilayah itu.
“Sebagai bagian dari nguri-uri budaya dan tradisi, maka digelarlah Grebeg Budaya Mantingan ini, ” ungkap M. Davit Mukti Aji, Camat Mantingan.
Didukung semua desa di Mantingan, gelaran Grebeg Budaya itu juga menampilkan berbagai pertunjukkan seni tradisi seperti Tari Klantung, tarian nusantara bahkan reog.
Selain itu, dalam Grebeg Mantingan juga dilakukan arak-arakan sembilan gunungan yang dikawal seribu bergodo, semacam pasukan pengawal dengan berbaju Jawa.
Selain menampilkan adiluhungnya warisan budaya, Grebeg Mantingan juga mencoba memadukan eksisnya seni dna tradisi saat deraan modernisasi dan kecanggihan teknologi terus menggempur.
Baca Juga : HUT Desa ke-692 Pemdes Ngadirenggo Wlingi Adakan Giat Kirab Budaya
Hal itu tampak dengan tampilnya grup drumband bahkan grebeg uuga diisi dengan off road.
Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, yang hadir saat Grebeg Budaya Mantingan, melihat bahwa kegiatan grebeg itu merupakan bukti persatuan kesatuan masyarakat serta patut dilestarikan sebagai potensi yang menarik wisatawan. ***
Temukan Berita Menarik Lainya Disini GOOGLE News !!