NGAWI, SMNNews.co.id – Sekolah tatap muka kembali digelar di Ngawi, Senin (26/9/2021). Awalnya, selama dua minggu akan dibuka untuk setingkat SMP dan kemudian baru tingkat SD.
“Itu pun harus diikuti sejumlah protokol kesehatan yang ketat. Kami juga menyebarkan surat izin terlebih dahulu pada orangtua murid,” ungkap Sumarsono, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi.
Selain menyediakan dan mengawasi pelaksanaan prokes 5 M, pertemuan tatap muka (PTM) di sekolah setingkat SMP juga harus melakukan tes usap random pada siswa dan guru, pembatasan kapasitas dan waktu belajar di sekolah maksimal 4 jam, tiap jam pelajaran hanya 30 menit dan siswa tidak keluar kelas.
“Antar jemput siswa juga harus dilakukan agar segera pulang usai sekolah tanpa harus berkerumun,” imbuh Sumarsono.
Siswa Dilarang Jajan, Suasana Sepi
Pertemuan tatap muka (PTM) di seluruh sekolah SMP di Ngawi itu, direspon antusias dari orangtua siswa dan para pelajar.
Namun, sejumlah penyesuaian harus dilakukan, termasuk memberikan permakluman atas penampilan dan belum terbiasanya para siswa dengan ritme belajar kembali di sekolah.
Seperti yang terjadi di SMPN 2 Ngawi. Sebanyak 400 lebih siswa sudah diperbolehkan PTM. Meski dengan sejumlah pengetatan, namun para pelajar itu bersemangat untuk masuk sekolah lagi.
“Terlalu lama di rumah dan hanya belajar melalui daring itu bosan. Saya bahkan belum pernah bertemu teman sekelas saya sejak diterima di sekolah ini,” ujar Ayu, siswa kelas 8.
Para siswa itu juga merasakan ada yang kurang karena kini dilarang jajan serta hanya boleh berada di kelas tanpa bisa beristirahat ke kantin seperti dulu.
Menurut Hari Supriyono, Kepala SMPN 2 Ngawi, pelaksanaan PTM hari pertama di lembaganya terhitung lancar. Dia membenarkan bahwa setiap siswa harus membawa bekal sendiri agar tidak perlu jajan dan berkerumun.
“Memang ada suasana lain, penampilan siswa juga agak berantakan karena lama tidak masuk sekolah ada beberapa yang rambutnya agak gondrong, belum sempat dipotong,” ujar Hari Supriyono.
Keluhan akan sempitnya baju seragam juga disampaikan wali murid. Hal itu membuat pihak sekolah memberikan permakluman walau menekankan agar sebaiknya seragam siswa segera disesuaikan apalagi bila sampai PTM diizinkan seterusnya.
Sejumlah aturan prokes juga membuat suasana sekolah lebih sepi dari biasanya. SMPN 2 juga memberikan 5 akses pintu masuk keluar yang berbeda untuk setiap blok kelas sehingga interaksi dan potensi kerumunan siswa bisa diminimalisir. Kapasitas siswa masuk PTM juga hanya 50 persen dan juga masih tersedia layanan belajar secara daring.
“Masih ada 27 orangtua siswa yang belum mengizinkan anak mereka ikut PTM. Kami tetap harus memberikan layanan belajar untuk mereka ini secara daring,” pungkas Hari Supriyono. ***