NGAWI, SMNNews.co.id – Dampak Covid-19 mulai menimpa masyarakat Ngawi. Dampak buruk ekonomi ini dirasakan masyarakat Ngawi, terutama dari pekerja non formal dan kalangan usaha kecil.
Hal itu, juga berkaitan dengan sektor usaha swasta yang berkurang pemasukannya sehingga melakukan pengurangan bonus hingga melepas karyawan.
Salah satu dampak sulitnya ekonomi ini dirasakan Doni, seorang pengemudi ojek online. Sebelum pandemi dia dapat menerima order pengantaran hingga 15-18 kali, dari pagi hingga pukul 21.00 WIB.
“Sebelum ada pandemi covid-19, saya bisa menghasilkan minimal Rp 100 ribu bersih. Sekarang hanya 3 order sehari sudah bagus,” keluhnya.
Doni juga masih memiliki angsuran sepeda motor yang dipakainya bekerja. Dia pun mengajukan rileksasi sehingga diperbolehkan untuk menunda pembayaran.
Kehilangan banyak pendapatan juga dirasakan warung-warung angkringan dan pedagang kaki lima. Selain makin terbatas jumlah pembeli, banyak pula yang harus gulung tikar.
“Kami buka, istilahnya hanya kembali modal tapi masih untung bisa ikut makan dari warung ini,” ungkap Endang, salah satu pemilik warung angkringan.
Usaha yang sebelumnya berprospek cemerlang, juga dibayangi kesuraman. Salah satu hotel di Kota Ngawi, mengaku memgalami kemunduran hingga 85 persen. Demikian pula pelaku pariwisata yang nyaris bangkrut karena usaha mereka ditutup.
“Jumlah tamu saat ini paling banyak 2-3 orang,” ungkap Deby Tiar, salah satu staf hotel.
Kesulitan ekonomi dan makin lemahnya daya beli masyarakat, membuat sejumlah pihak mendesak agar Pemkab Ngawi segera turun tangan.
Teknis pemberian bantuan yang tidak berbelit, tidak terlalu birokratis, tepat sasaran dan cermat, dibutuhkan masyarakat Ngawi saat ini.
Hal itu agar tidak muncul efek lain yang lebih parah, seperti lonjakan kriminal dan problem kesehatan masyarakat. Apalagi, mengingat sudah memasuki awal ramadhan dan jelang lebaran, rentan dengan serbuan pemudik dari luar kora. (ari)