HomeJAWA TIMURPentingnya Vaksin Demi Mengurangi Resiko Kematian Saat Haji

Pentingnya Vaksin Demi Mengurangi Resiko Kematian Saat Haji

Talk show “Pencegahaj Risiko Pneumonia bagi Jemaah Haji dan Umroh, di Malang.

Malang, SMNNews.co.id – Sampai saat ini, penyakit terbanyak yang menyebabkan jamaah haji meninggal dunia, ialah pneumonia, sepsis, syok kardiogenik, infark dan miokard akut (serangan jantung).

Resiko kematian itu bisa dikurangi dengan vaksin pneumonia. Hal ini disampaikan dr. Nevy Shinta Damayanti, Sp.P, MARS, FISR, perwakilan Perhimpunan Dokter Haji Indonesia.

Presentasi Nevy disampaikan saat talk show “Sadar Kesehatan: Pencegahan Risiko Pneumonia Bagi Jemaah Haji dan Umrah” di Malang, beberapa waktu lalu.

Nevy menjabarkan bahwa vaksinasi pneumonia berperan penting untuk memberikan imunitas bagi para calon jemaah haji Indonesia di tanah suci.

“Vaksinasi dapat mengurangi potensi tertular infeksi bakteri, virus, maupun jamur berbahaya. Hanya dengan vaksinasi saja, kita bisa menurunkan risiko penularan hingga 2,1 sampai 2,2 kali lipat lebih efektif,” ungkapnya.

Talk show yang digelar Yayasan Haji Muslimat NU dan Yayasan Astana Penanggulangan bencana, yanh didukung oleh PT Pfizer Indonesia itu, dr. Nevy meyakinkan bahwa vaksinasi pneumonia juga telah terbukti efikasinya oleh BPOM dan aman.

Sampai saat ini, mayoritas jemaah Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai kelompok berisiko karena usia mereka yang cenderung tua dan adanya penyakit penyerta atau komorbid.

Selain itu, tingginya jumlah jemaah dari berbagai negara dan perubahaan iklim semakin menegaskan perlunya penerapan protokol kesehatan untuk menjamin keselamatan mereka.

Terlebih terhadap jemaah haji karena masa ibadah yang lebih lama maka perlu mendapat perhatian lebih dalam persiapan dan penerapan protokol kesehatan.

Menurut Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, Pembina Yayasan Astana Penanggulangan Bencana, memastikan kelancaran dan keselamatan selama perjalanan ibadah ke Tanah Suci dan menjaga kesehatan umat adalah prioritas utama.

“Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah, termasuk PPIU, PIHK, ustadz, dan calon jemaah itu sendiri,” ujarnya.

Yayasan Astana menginisiasi acara ini dengan tujuan mendorong peran penting penyelenggara perjalanan ibadah umrah maupun haji dalam menerapkan protokol kesehatan secara komprehensif, mulai dari tahap persiapan hingga setelah kembali dari Tanah Suci.

Sementara itu, Drs. H. Mohammad As Adul Anam M. Ag, Perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur juga menjelaskan peningkatan jumlah jemaah haji maupun umrah memerlukan penyesuaian protokol kesehatan,

Hal itu dilakukan misalnya dengan pemeriksaan kesehatan ketat, pengaturan kuota jemaah, peningkatan infrastruktur, edukasi kepada jemaah, serta kerjasama antar negara, dan pemantauan berkelanjutan.

“langkah-langkah itu penting untuk memastikan persiapan dan pelaksanaan ibadah haji yang aman dan lancar setiap tahun,” tegasnya.

Penyakit Pernapasan Menular
Berdasarkan data Pusat Kesehatan Haji Sekjen Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2019, salah satu penyakit pernapasan menular yang paling banyak ditemukan di kalangan jemaah Indonesia di Tanah Suci adalah pneumonia.

Penyakit ini menyebabkan adanya peradangan akut jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus yang mengakibatkan kantung udara dalam paru-paru dipenuhi cairan atau nanah, sehingga membuat penderitanya sulit bernafas.

Proses penularan penyakit ini juga terbilang cepat, karena hanya melalui percikan penderita saat batuk atau bersin, serta diperburuk dengan kondisi yang
ramai dan kurang kondusif.

Secara umum, pneumonia termasuk dalam 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Kelompok penyintas COVID-19 pada era pandemi lalu bahkan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terpapar karena kondisi paru-paru dan saluran pernapasan yang tidak lagi prima.

Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang sangat esensial dan hanya satu. Apabila fungsi paru-paru tak lagi perima dan terpapar virus atau bakteri, hal ini dapat mengancam nyawa.

Mayoritas jemaah asal Indonesia yang memiliki usia lanjut dan penyakit komorbid, diperlukan sebuah mitigasi protokol kesehatan. Salah satunya melalui vaksin lengkap seperti vaksinasi pneumonia.

Menurut Dr. M. Imran Saleh Hamdani, dari Pusat Kesehatan Haji, jemaah yang diestimasikan berangkat di tahun 2024 harus dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu.

Pemeriksaan kesehatan akan diperluas dengan ditambahkan tiga assesment yaitu kognitif, mental, dan khusus lansia dilakukan tes kemandirian dalam melakukan aktivitas keseharian.

Hj. Hizbiyah Abdurrachim, Ketua Yayasan Haji PP Muslimat NU, berpendapat, adanya vaksin membuat jemaah akan merasa lebih tenang dan fokus pada ibadahnya tanpa kekhawatiran akan risiko infeksi.

“Perjalanan umrah/haji setelah mendapatkan vaksin pneumonia tidak hanya memberikan pengalaman spiritual mendalam, tetapi juga memberinya kedamaian pikiran dan menjadikan lebih fokus menjalankan ibadah,” pungkas Hj. Hizbiyah Abdurrachim. ***

ARTIKEL LAINYA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

BERITA LAINYA

Bupati Blitar Hadiri Sosialisasi dan Edukasi Pemberantasan Pungli di Lingkungan Pemkab Blitar

BLITAR, SMNNews.co.id - Bupati Blitar menghadiri Sosialisasi dan Edukasi Pemberantasan pungutan liar di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar, Rabu (26/6/2024), bertempat di Wisata Edukasi Kampung...

Bupati Blitar Buka Pelatihan Kader PKK dan Kelompok Tani Wanita (KWT) di Desa Sawentar

BLITAR, SMNNews.co.id - Bupati Blitar Rini Syarifah membuka pelatihan Kader PKK dan Kelompok Tani Wanita (KWT), di Kampung Wisata 1001 Desa Sawentar, Rabu (26/6/2024). Turut...

Empat Tahanan yang Kabur dari Polsek Biromaru Berhasil Diamankan Tim Gabungan Polda Sulteng

PALU, SMNNews.co.id - Tim Gabungan Polda Sulteng, Polres Sigi dan Polsek Biromaru akhirnya berhasil menangkap empat tahanan yang sempat kabur dari Polsek Biromaru pada...