Probolinggo, suaramedianasional.co.id – Dalam rangka untuk mengantisipasi terjadinya bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo menggelar sosialisasi pentingnya pencegahan bencana khususnya untuk kaum perempuan. Sosialisasi dibuka oleh Wawali Muhammad Soufis Subri, di Puri Manggala Bhakti, Selasa (2/4).
Kepala Pelaksana BPBD Prijo Djatmiko menyampaikan, tujuan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat serta kesiapsiagaan pemangku kepentingan dalam menghadapi resiko bencana.
“Peserta sosialisasi diharapkan dapat memberikan pembelajaran dasar terhadap tanggap darurat bencana dalam bentuk simulasi. Dapat memberikan informasi kepada para anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun masyarakat sekitar lingkungannya,” katanya.
Sosialisasi tersebut mengusung tema Wanita Menjadi Guru Siaga Bencana, Rumah Menjadi Sekolahnya. Peserta sosialisasi diikuti kurang lebih 120 peserta, yang terdiri dari kepala OPD, pengurus dan anggota DWP, pengurus Tim Penggerak PKK serta menghadirkan narasumber dari BPBD Provinsi Jawa Timur.
Wakil Walikota Muhammad Soufis Subri dalam sambutannya menjelaskan, peristiwa bencana yang terjadi diberbagai daerah tentunya benar-benar menuntut perhatian dan koordinasi terpadu dari ketiga komponen. Yakni pemerintah, badan usaha dan masyarakat untuk kesiapsiagaan ketangguhan dalam bingkai kebersamaan dalam menghadapi bencana.
“Melalui sosialisasi ini diharapkan narasumber dapat memberikan pembelajaran terkini di bidang pencegahan dan penanggulangan bencana, yang disertai dengan praktek simulasi dasar tanggap darurat pada saat terjadi gempa,” ucap Subri.
Ketua DWP Kota Probolinggo, Tri Wahyuni Bambang Agus mengatakan perempuan memiliki peran strategis dalam menghadapi bencana, agar resiko yang ditimbulkan akibat bencana dapat ditekan melalui upaya meningkatkan peran perempuan dalam mitigasi bencana.
“Untuk meningkatkan kemampuan perempuan dalam menangani resiko bencana, perlu dilakukan peningkatan kesadaran perempuan dalam memahami situasi lingkungan dan ancaman, serta meningkatkan kemampuan untuk menilai resiko yang dihadapi perempuan sebagai individu, anggota keluarga dan masyarakat,” ujar Tri Wahyuni. (edy)