NGAWI, SMNNews.co.id – Guntur menggelegar, bersahutan suara dengan ucapan pambiyara atau pembawa acara berbahasa Jawa nan halus mendayu, yang memandu prosesi Jamasan empat Pusaka di Pendopo Wedya Graha Ngawi, Jawa Timur, Rabu (5/7/2022).
Dua tombak dan dua payung kuno atau disebut juga songsong, semua tertutup kain kuning, dibawa hati-hati oleh empat lelaki berbeskap hijau. Diiringi Bupati, Wabup dan Forkompimda beserta pasangan mereka.
Kedua songsong itu masing-masing akan menaungi tombak pusaka saat dibasuh secara hati-hati oleh para tokoh sepuh dengan air bunga dan diberi wewangian.
Empat pusaka yang disebut sebagai piyandel atau andalan leluhur Ngawi, setiap peringatan hari jadi, akan dijamas atau disucikan. Keempatnya yaitu tombak Kyai Singkir dan tombak Kyai Songgolangit serta Songsong Tunggul Warono dan Tunggul Wulung.
Tahun ini, di peringatan Hari Jadi Ngawi ke-664, jamasan diikuti lebih banyak orang, berbeda dengan tahun lalu ketika Covid-19 masih mendera. Hujan yang mengguyur deras disertai angin, menyertai selama prosesi berlangsung, namun tak menghalangi Jamasan Pusaka pada sore hari itu.
“Jamasan Pusaka ini kita lakukan sebagai upaya nguri-uri atau melestarikan budaya, mengingatkan lagi pada perjuangan nenek moyang kita mempertahankan tanah air dari penjajahan dengan senjata piyandel pada saat itu,” beber Bupati Ony Anwar, usai prosesi.
Jamasan pusaka juga menjadi sarana pengingat akan kekuasaan Tuhan yang telah meletakkan keberkahan untuk tanah Ngawi, tetap subur dan memberi kehidupan. Terbukti dengan bertahannya Ngawi sebagai salah satu daerah lumbung pangan hingga saat ini.
Prosesi jamasan pusaka-pusaka itu dibawa ke tanah Ngawi Purba. Rencana semula untuk membawa pusaka dengan mobil bak terbuka, batal dan dinaikkan truk tertutup akibat hujan.
Lanjutan prosesi sendiri dilaksanakan Rabu hari ini (6/7/2022), dengan dikirab dari Ngawi Purba untuk disimpan kembali ke ruang senjata di Gedong Pusoko Pendopo Wedya Graha. ***