NGAWI, SMNNews.co.id – Kesulitan ekonomi pada keluarga yang terdampak pandemi Covid-19, menjadikan mereka juga rentan memiliki balita stunting.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Ngawi, menyasar mereka dalam sosialisasi penanganan stunting.
“Stunting bukan hanya terjadi di keluarga miskin. Namun, semakin tinggi kesulitan ekonomi, tentu saja makin rawan stunting,” ungkap Nugrahaningrum, Kepala DP3AKB Ngawi.
Petugas penyuluhan dan kader Posyandu pun dengan gencar memberikan sosialisasi penanganan stunting pada mereka.
“Kontribusi DP3KB pada keluarga yang terdeteksi memiliki balita stunting, karena masih pandemi, sosialisasi memang mengurangi tatap muka dan mengintensifkan komunikasi via daring. Bila ada resiko tinggi, barulah turun lapangan,” kata Nugrahaningrum.
Meskipun tak merinci angka, namun berbagai peningkatan kasus stunting dilaporkan para kader posyandu dan petugas DP3AKB sejak ada pandemi sekitar Maret-Oktober 2020.
“Pastinya ada, kebanyakan pada keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan, korban PHK atau keluarga pedagang kecil yang harus gulung tikar karena pandemi,” ujar Nugraningrum.
Sampai bulan akhir Oktober 2020, ada 10 dari 19 kecamatan di Kabupaten Ngawi, yang menjadi konsentrasi DP3KB untuk mendapatkan sosialisasi penanganan stunting. Peningkatan stunting di kecamatan ini dotaksir mencapai 10-20 persen daripada sebelum ada pandemi. (ari)
