SURABAYA, SMNNews.co.id – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim gelar Forum Grup Discusion (FGD) bersama Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Jumat (9/9/2022), membahas tentang Edukasi Jurnalisme Empati dalam Perspektif Gender.
Salah satu narasumber yang juga Dosen Ilmu Komunikasi Untag Surabaya, Merry Frida Palupi, menuturkan, dalam praktiknya jurnalisme setidaknya memiliki pandangan gender yang dilihat dari beberapa tingkatan.
Dintaranya, tingkatan kognitif yang beraspek pada tingkat kesadaran gender seorang jurnalis dan permasalahan gender di sekitarnya.
“Selain itu ada peran media dalam membentuk pola kerja yang berspektif gender,” ujarnya.
Lebih lanjut, teknik jurnalistik yaitu sensitifitas akan persoalan gender, pilihan fakta sosial, teknik penulisan maupun teknik reportase yang mana dapat mempengaruhi orientasi media.
Baca Juga : Masyarakat Terdampak Penyesuaian Harga BBM Terima Bansos dari Polres Blitar
“Karena masih kita temui pemberitaan yang memuat klik bait yang mengarah pada stereotip, pelebelan dan mengandung unsur sensual. Padahal banyak hal lain yang bisa diangkat dari sebuah pemberitaan tersebut,” terang Merry.
Menurut Merry, seorang wartawan harus memiliki sikap empati berspektif gender. Tanpa memiliki sikap ini, kata dia, dalam meliput kejahatan asusila tak menutup kemungkinan jika jurnalis cenderung memberitakan secara serampangan. Misalnya, menuliskan identitas korban kejahatan asusila atau menggunakan diksi yang salah.
“Jurnalisme perspektif gender juga mendorong seorang jurnalis mampu menurunkan berita dengan sudut pandang yang lebih adil,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua PWI Jatim yang juga narasumber FGD, Lutfil Hakim, memaparkan di lingkungan jurnalisme, etika jurnalis harus mengetahui tentang peraturan kesetaraan gender.
Lutfil tak menampik jika dalam etika jurnalistik masih ditemukan kasus-kasus pemerkosaan yang menceritakan detail peristiwa.
Contoh lain dalam sadar kesetaraan gender dalam pemberitaan adalah saat pemerintah membahas soal RUU Ketenagakerjaan yang mana ibu hamil bisa cuti hingga 6 bulan lamanya.
Kebijakan ini menurut dia sebuah kemajuan dan memastikam bahwa kesejahteraan ibu dan anak ini mendapatkan kesetaraan hak.
“Pers terbukti sudah mengawal soal kesetaraan gender. Misalnya membahas kesejahteraan ibu dan anak untuk dimasukkan ke perusahaan,” ungkapnya.
Baca Juga : BLT Dana Subsidi BBM Mulai Disalurkan, Puluhan Ribu Warga Ngawi Jadi Penerimanya
Karena itu, Lutfil mengajak agar para jurnalis memiliki sifat etika of care. Ia juga berharap FGD ini menghasilkan kajian-kajian kolaboratif untuk kemajuan produk pers dalam mendukung kesetaraan gender.
“Mudah-mudahan ini menjadi suatu kajian kolaboratif antara PWI dan Untag Surabaya. Bersama-sama untuk menjadi feminin, bukan berarti secara tampilan tapi pemikiran. Bahwa wartawan laki-laki punya pemikiran yang berpihak pada kepentingan perempuan,” tandasnya.***
Temukan Berita Menarik Lainya Disini GOOGLE News !!