HomeBERITAWali Murid SMKN 2 Ngawi Keluhkan Uang Seragam Rp 2 Jutaan

Wali Murid SMKN 2 Ngawi Keluhkan Uang Seragam Rp 2 Jutaan

Menjahit di sekolah, bersama tumpukan kain

NGAWI, SMNNews.co.id – Semua upaya akan dilakukan orangtua untuk membuat anak lancar menempuh pendidikan.

Ini seperti dilakukan seorang wali murid siswa SMKN 2 Ngawi. Demi uang seragam karena sang putri masuk kelas I di sekolah tersebut, dia menjual kambingnya. Meskipun sebenarnya mengeluh, sang ibu terpaksa merelakan.

“Saya ini kerja serabutan, juga memulung, pelihara kambing sejak masih anakan. Saya sudah jual pun masih kurang Rp 600 ribu lagi untuk bayar seragam putri saya,” ungkap ibu parobaya yang enggan menyebut nama ini.

Pembelian seragam bagi siswa-siswi baru di SMKN 2 Ngawi itu, diwujudkan dengan diterimanya baju dalam bentuk jadi (sudah dijahit). Meskipun pemakaian seragamnya sendiri, saat bersekolah daring di musim pandemi seperti ini, juga tak menentu.

Namun ironis, seragam senilai lebih dari Rp 2 juta per peserta didik baru itu, ternyata dijahit para siswa kakak kelas, terutama yang mengambil jurusan tata busana.

Penjahitan pun, dilakukan di sekolah tersebut. Di salah satu ruangan, tampak siswa menjahit seragam dengan dibimbing guru pembina tata busana. Sang siswi berjilbab itu, mengakui disuruh mengerjakan jahitan yang akan diperuntukkan bagi murid baru.

Meskipun semestinya ongkos jahit sudah termasuk dalam nilai pungutan, siswa yang menjahit mengaku tak diupah.

Sang siswi, hanya dijanjikan oleh gurunya, akan mendapat nilai praktik. Peluh mereka, menjadi salah satu tolok ukur pemenuhan nilai praktik, sesuai jurusannya yakni tata busana.

“Tetapi kami tidak setiap hari masuk, kan dibuat bergiliran atau rolling,” ujarnya.

Kepala SMKN 2 Ngawi, Tri Yudo, membantah telah mengerahkan siswa untuk menjahit seragam bagi calon murid baru.

Menurut dia, para siswa hanya menjahit masker bukan seragam. Namun saat akan ditanya lebih jauh dirinya menghindar dengan alasan ada rapat.

“Siswa kami itu hanya menjahit masker, kalau seragam tidak ada, cuma mengecilkan saja atau permak,” kata Yudo.

Bantahan sang Kasek tersebut, bisa jadi kontradiktif bila melihat bak berisi kain bahan yang akan dijahit oleh para siswa.

Kain bahan yang lebar, berikut warna dan jumlahnya yang bertumpuk, identik dengan seragam khas para siswa di sekolah tersebut.

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur, Supardi menerangkan bahwa terkait jahit dan seragam pihaknya tidak ikut campur sebab itu urusan sekolah sendiri.

“Namun terkait jahitan seragam, saya sebatas mengetahui untuk praktik siswa jurusan tata busana,” ujar Supardi.

Supardi mengaku pernah mendengar nilai praktik lewat penjahitan seragam itu.

” Bila seragam dijahit siswa untuk praktik, saya pernah dengar. Tapi itu bagus juga. Sedangkan terkait bayar seragam termasuk biaya jahitnya, saya tidak tahu. Itu urusan internal sekolah tidak ada kaitannya dengan dinas,” tukasnya.

Supardi juga menegaskan, dinas tidak melegalkan pungutan, apalagi bila siswa termasuk tidak mampu. (iko)

ARTIKEL LAINYA

BERITA LAINYA

Dinas LH Kabupaten Asahan Gelar Halal Bihalal

ASAHAN, SMNNews.co.id - Untuk mempererat tali silaturahmi Keluarga Besar Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Asahan menggelar Halal Bihalal dengan seluruh ASN dan Non ASN...

Sinergi TNI – Polri, Lakukan Pamturlalin di Pasar Waru Pamekasan Lancar Terkendali

PAMEKASAN, SMNNews.co.id - Hari Kamis adalah hari pasaran di Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan, anggota Polsek dan Koramil Waru tampak lakukan pengamanan dan pengaturan arus...

RSUD Bangil Gelar Focus Group Discussion (FGD) Bersama Anggota Komisi 4 Dewan DPRD dan Awak Media

PASURUAN, SMNNews.co.id - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangil Kabupaten Pasuruan, Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama Anggota Dewan Komisi 4 Perwakilan Rakyat Daerah...