HomeBERITAJebak Tikus dengan Listrik Dilarang, Petani Tambakromo Pilih Gropyokan

Jebak Tikus dengan Listrik Dilarang, Petani Tambakromo Pilih Gropyokan

Gropyokan tikus dilakukan para petani di hamparan sawah Desa Tambakromo, Selasa (22/09/2020)

NGAWI, SMNNews.co.id – Suara riuh para lelaki berpentungan, mengikuti cericit tikus yang lari keluar liang, di persawahan Dusun/Desa Tambakromo, Kecamatan Geneng, pada Selasa pagi (22/09/2020).

Sejurus kemudian, mereka memburu dan memukul binatang tersebut hingga terkapar. Begitulah aktifitas gropyokan tikus yang acap dilakukan petani setempat.

Gropyokan menjadi alternatif karena memasang jebakan tikus beraliran listrik di persawahan, berbahaya dan dilarang. Dinas Pertanian Ngawi, membantu kegiatan seperti ini dengan pemberian belerang, pestisida dan gas untuk pengasapan sarangnya.

“Kami sudah tidak memasang jebakan listrik, sebagai gantinya ya melakukan gropyokan seperti sekarang ini,” ujar Sugiharto, dari Gabungan Kelompok Tani Sedyo Mulyo, Desa Tambakromo.

Selama ini, adanya hama tikus berpotensi menurunkan hasil panen sampai 30 persen. Hal itulah yang membuat para petani menjadi geram.

“Bila optimal, tak banyak hama, sawah di sini bisa menghasilkann7-8 ton per hektar, saat ini yang diserang hama tikus sudah sekitar 5-10 persen dari keseluruhan hamparan. Namun intensitas serangan variatif,” terang Sugiharto.

Menurut Kepala Desa Tambakromo, M. Suhadi, desanya sudah ada perdes yang melarang jebakan tikus beraliran listrik dan larangan memburu predator alami hama.

“Jadi warga kami pasti mengerti bahwa tak boleh memasang jebakan listrik. Fakta bahwa pernah ada yang meninggal tersetrum jebakan tikus, itu yang memasang bukan warga kami. Kebetulan saja sawahnya di Tambakromo,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian Ngawi, Marsudi, menuturkan, gropyokan menjadi alternatif solusi bagi petani, khususnya ketika menjebak tikus dengan listrik, berbahaya dan dilarang.

“Gerakan pengendalian tikus dengan gropyokan, dilakukan dalam hamparan luas dan tak bisa kalau hanya sekali, ini dilaksanakan beberapa kali sampai usia padi sekitar 35 hari,” ungkap Marsudi.

Gotong royong gropyokan oleh ratusan petani di sawah seluas 70 hektar hari itu, berhasil membunuh ratusan tikus. Selain itu, liannya juga dibasmi dengan cara diberi belerang, diasapi dan ditutup tanah. (ari)

ARTIKEL LAINYA

BERITA LAINYA

Peringati Hari Buruh, Ribuan Pekerja Semarakkan Fun Walk Bareng Pj Bupati Jombang

JOMBANG, SMNNews.co.id - Peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) disambut meriah di Kabupaten Jombang. Pemerintah Kabupaten Jombang bersama Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kabupaten Jombang...

Gus Mujib Resmi Mendaftar Cabup Pasuruan

PASURUAN, SMNNews.co.id - Usai Ramdanu dan Sudiono Fauzan yang mendaftar sebagai calon Bupati Pasuruan di Partai Kebangkitan Bangsa. Kal ini giliran KH. Mujib Imron...

Kapolresta Cirebon Resmikan Monumen Udang dari Knalpot yang Tidak Sesuai Spesifikasi Teknis

CIREBON, SMNNews.co.id - Kapolresta Cirebon, Kombes Pol Sumarni meresmikan monumen udang dari bahan knalpot yang tidak sesuai spesifikasi tehknis, Selasa (30/4/2024). Kegiatan yang dilaksanakan...