BLITAR, SMNnews.co.id- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas Islam Balitar (Unisba) memaparkan hasil survei opini publik terhadap calon bupati dan wakil bupati Blitar pada Minggu (1/3/2020).
Hasil survei ini menjadi referensi akademik pergerakan suara kandidat dan juga kepuasan publik pada calon incumbent atau petahana.
“Unisba sebagai Universitas di Blitar dalam upaya pengabdian kepada masyarakat dan penelitian, melakukan survei ini sebagai referensi akademik,” kata Wakil Ketua LPPM Unisba, Anam Miftahul Huda.
Anam menjelaskan, survei LPPM Unisba memggunakan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sample dalam survei 492 responden dari 22 kecamatan di Kabupaten Blitar dengan margin of error 5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Metode pengumpulan data pada responden yang terpilih, secara tatap muka diberikan kuesioner oleh pewawancara terlatih dengan 2 responden setiap desa. Pengambilan data ini dilakukan mulai 23-26 Februari 2020.
Hasil survei itu, hampir semua responden 97 persen mengetahui akan digelar pilkada pada 23 September 2020 nanti. Sedang tokoh yang telah dikenal masyarakat mayoritas mengenal incumbent, yakni Rijanto 26 persen dan Marhaenis Urip Widodo 23 persen.
Lalu tokoh lain dikenal disusul Mak Rini 12 persen, Heri Romadhon 6 persen, Guntur Wahono 5 persen, masing-masing 4 persen diantaranya Gus Dain dan Sugianto. Hasil lainnya, masing-masing 3 persen untuk Abdul Munib dan Trijanto, lalu 1 persen mengenal Suswati.
“Popularitas tokoh yang dikenal ini, masyarakat melihat paling banyak dari rekam jejak politiknya, kedua dari agama, lalu usahanya,” ungkap dosen komunikasi bergelar doktor ini.
LPPM Unisba ini juga memasukkan simulasi untuk calon bupati dan wakil bupati. Bila pasangan incumbent maju untuk saat ini kemungkinan dipilih kembali sebanyak 76 persen.
Sedang empat besar popularitas kandidat calon saat ini adalah Rijanto (incumbent) 38 persen, Marhaenis Urip Widodo (incumbent) 34 persen, Mak Rini 18 persen, dan Heri Romadhon 9 persen.
Dia menuturkan ada kemungkinan nama-nama baru muncul lagi, karena faktor peranan partai politik yang dinamis. Untuk itu mungkin akan melakukan survei kembali pasca penetapan calon oleh KPU.
“Jadi survei saat ini seperti stimulan atau wacana awal bagi masyarakat siapa calon yang muncul. Setelah penetapan KPU mungkin akan kita gelar survei lebih ke elektabilitas,” pungkasnya. (jon)
