Tulungagung, SMNNews.co.id – Cekrak-cekrik update status takut ketinggalan berita di media sosial dan kawatir dianggap tidak eksis tentu timbul rasa risau. Mereka akan bahagia kalau ada yang mengomentari status atau foto-fotonya. Kecanduannya, orang yang terserang Fomo akan menomorduakan kehidupan. Hal itu tentunya menjadi kajian ilmiah psikologis, Jumat (9/5.)
Fomo (Fear Of Missing Out) bukanlah hal baru, era tehnologi membawa atmosphire peningkatan penggunaan Media Sosial. Medsos bisa dikatakan jendela untuk melihat kedalam kehidupan orang lain. FOMO biasanya dipakai untuk gambaran situasi sosial dimana kecemasan atau kerisauan karena merasa tertinggal dari yang lain atau cemas ketinggalan yang seru-seru bila belum buka Instagram, Twitter, Facebook dan sebagainya.
Konsultan Psikolog Tulungagung Ifada Nur Rohmaniah M. Psi Psikolog mengatakan, “Kecemasan sosial ini ditandai ingin terus terhubung dengan segala yang dilakukan orang-orang lain, ada kondisi merasa iri mendalam sampai mempengaruhi harga diri yang diperburuk oleh situs Media Sosial.”
“Meminimalkan FOMO , isa dengan latihan rehat dari Medsos, Merubah fokus – daripada berfokus pada kekurangan diri cobalah memperhatikan apa yang dimiliki intinya lebih fokus pada kelebihan kita dalam konsep diri positif, Fokus pada rasa Bersyukur ,” terang Ifada Nur Rohmaniah.(Gusty Indh)