Tulungagung, SMNNews.co.id – Maraknya tukang becak di pinggir jalan jelang lebaran minim pendapatan lantaran tidak dapat penumpang, akibat dilibas kemajuan teknologi dengan hadirnya ojek dan angkutan penumpang berbasis online. Pandemi covid-19 menambah beban hidup, Selasa (12/5.)
Bila di sejajarkan dengan pengojek online tentunya becak kayuh kalah besaing. Ojek online dirasa lebih cepat, murah dan nyaman. Sedangkan becak ramah lingkungan sudah jarang digunakan orang- orang, selain lambat, mahal dan rasa tidak tega melihat sipengayuh becak sudah tidak muda lagi. Rata-rata usia mereka diatas 50 tahun.
Salah satu tukang becak Hanafi (53) selama janggol ( ngetem) dibeberapa tempat nyaris tidak dapat penumpang. Kondisi ekonomi sangat terbatas membuatnya tak mampu berbuat banyak. Sambil duduk santai dibangku becaknya ia berkeluh kesah tentang kehidupannya.
“Saya sebenarnya pingin kerja, tapi kerja apa yang berpenghasilan tetap meskipun sedikit. Usia saya sudah segini, siapa saja yang nyuruh saya lakukan yang penting halal dan bisa menyambung hidup, karena saya punya keluarga. Kadang di suruh angkat pasir, kuli bangunan dan membersihkan halaman tetangga yang penting dapat uang”, kata Hanafi asal Kelurahan Kampungdalem.
Pada waktu muda terlalu santai untuk memberdayakan diri dan bertambahnya umur timbul penyesalan, banyak waktu yang terbuang sia-sia. Bagi pengayuh becak di Tulungagung yang rata-rata warga miskin, saat ini berharap uluran tangan para dermawan yang dianggap rezeki dihari raya.(Gusty Indh)